Sejarah dan biografi Sandiaga Uno

Sandiaga Salahudin Uno lahir dari keluarga pengusaha dan tidak pernah bercita-cita menjadi pengusaha. Sandiaga Uno bahkan lebih memilih menjadi pegawai tetap Summa Bank setelah menyelesaikan studinya di Summa State University, Amerika Serikat, bersama Summa cum laude.

Namun, pekerjaan pertamanya sebagai pegawai bank tidak berlangsung lama, ia dipecat karena perusahaan tempat ia bekerja bangkrut.

Dalam kondisi pengangguran, uno tetap memilih bertahan di Amerika. Sampai saat itu, setelah setahun menganggur, ia menerima beasiswa untuk melanjutkan pendidikannya di Universitas George Washinton.

Usai tamat sekolah, Sandi mendapat nilai yang sangat memuaskan saat itu, dengan indeks prestasi kumulatif (IPK) sebesar 4,00 atau cum laude.

Sejak saat itu, keberuntungan Sandi mulai terlihat, karirnya melejit seperti meteor. Pada tahun 1994 ia bekerja sebagai Manajer Investasi di MP Holding Limited Group.

Setahun kemudian, Sandi bergabung dengan NTI Resources Ltd di Kanada, bertindak sebagai wakil presiden eksekutif dengan pendapatan $ 8.000 per bulan.

Sayangnya, kesuksesan ini tidak berlangsung lama, karena krisis mata uang tahun 1997 membuat perusahaan gulung tikar. Masa kelam mulai membayangi kehidupan Sandi Uno lagi.

Seluruh tabungan hasil jerih payahnya selama bekerja di luar negeri, baik yang diinvestasikan di pasar modal, juga kandas akibat runtuhnya bursa saham global saat itu.

Sandi tidak lagi menganggur dan akhirnya memutuskan untuk kembali ke Indonesia. Hingga Indonesia, kehidupan Sandi tidak serta merta gemilang, ia tetap harus melalui masa-masa pahit. Bahkan membayar sewa tidak mampu. Karena itu, ia menumpang bersama keluarga kecilnya ke rumah orang tuanya. Situasi saat itu membuat ayah tiga anak ini nyaris putus asa.

Perjuangan melawan kesulitan membuatnya berpikir dan percaya bahwa seorang karyawan tidak dapat menjamin kemandirian finansial. Jika iya, ia memilih banting stir pada tahun 1997 dan bersama temannya semasa SMA di Pangudi Luhur, Rosan Perkasa, mencoba terjun ke dunia bisnis.

Di awal kegiatannya, Sandi uno dan Rosan Perkasa mendirikan firma konsultan keuangan bernama PT Deliverital Advisors. Ia mendapatkan kepercayaan diri untuk membuka usaha dari Guglielmo Soeradia. Tak hanya itu, Sandi juga mempelajari seluk beluk bisnis dari founder Astra.

Setahun kemudian, upaya yang dia lakukan juga menunjukkan kemajuan yang signifikan. Pada tahun 1998, tepat pada saat krisis mata uang melanda negara tersebut, ia membuka kembali bisnis baru. Namun, kali ini ia membawa serta Edvin Soeradia, yang tak lain adalah Putra William Soeradia. Keduanya mendirikan perusahaan investasi bernama PT Saratoga Investama. Bidang kegiatannya meliputi pertambangan, telekomunikasi dan hasil kehutanan.

Berbekal jaringan yang begitu besar dengan berbagai perusahaan di dalam dan luar negeri, bisnis yang dibangunnya perlahan merayap naik. Dengan beberapa jari, Saratoga akhirnya berhasil mengakuisisi saham pengendali di PT Adaro energia elettrica Tbk, perusahaan batubara terbesar kedua di Indonesia. Dengan waktu dan pengalaman yang cukup, ia mulai menjalankan bisnis barunya di bidang lain.

Salah satu ‘smart operations’ Sandi adalah menggalang modal bagi investor untuk mengakuisisi perusahaan yang bangkrut. Dia juga membeli perusahaan yang” sekarat”. Dalam waktu singkat ia berhasil “menyembuhkan” Badan Nasional Restrukturisasi Perbankan (BPPN) dan berganti nama menjadi PT Perusahaan Pengelola Aset (PPA). Setelah PPA dianggap sehat, ia menjualnya dengan harga tinggi dan mendapat untung.

Perlahan tapi pasti, kisah inspiratif sandiaga uno muncul di dunia bisnis tanah air. Tidak heran rupiah terus mengalir ke sakunya. Bagaimanapun, setidaknya sudah ada 12 perusahaan yang diakuisisi dan bahkan ada yang dijual dengan keuntungan yang lumayan, beberapa di antaranya: PT Dipasena Citra Darmaia, PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional (BTPN), Hotel Grand Kemang dan Astra Microtronic.

Hanya di sanalah bisnisnya terus berkembang seiring berjalannya waktu. Usaha tersebut semakin banyak membangun menggurita di bidang pertambangan, infrastruktur, pembangunan hingga asuransi. Pada Mei 2011, Sandi membeli 51% saham Mandala Airlines.

Setelah Mandala dibeli darinya, dia kembali dalam pelarian. Ini hanya sebagian kecil dari cerita tentang bagaimana tangan dingin kode sandi selalu berhasil menghidupkan kembali Sebuah perusahaan di ambang kehancuran.

Sekarang nama Uno dirayakan di kalangan pengusaha tanah air. Meski cukup muda, pekerjaannya di bidang bisnis cukup diperhitungkan. Keberhasilan yang diraihnya juga diakui dunia, membuktikan bahwa pada tahun 2009 namanya masuk dalam daftar 150 orang terkaya oleh majalah Globe Asia. Di antara mereka yang masuk daftar, Sandi merupakan pengusaha termuda yang menempati peringkat ke – 58 dengan total aset sebesar $ 220 juta atau sekitar 22 triliun rupiah.